AFFILIASI-REFFERAL

MATERI IMTAQ

Beberapa Artikel IMTAK Yang Tersedia :

1. Zikir Harian Al-Imam Al-Ghazali r.a.h.
Tenangkan Hati jernihkan jiwa jadikan setiap hembusan nafas kita menjadi ibadah untuk beberap menit dengan sesuatu yang bermanfaat dan niat beribadah, Zikir Harian yang diamalkan oleh Hujjatul Islam, Al-Imam Al-Ghazali r.a.h. Jika zikir ini diamalkan, InsyaAllah dirahmati oleh Allah Taala akan hidupnya.

Jumaat: Ya Allah (1000 kali)

Sabtu : Laa ilaha illallaah (Tiada tuhan disembah melainkan Allah), 1000 kali

Ahad : Yaa Hayyuu Yaa Qoyyuum (Allah yang Maha Hidup dan berdiri sendiri), 1000 kali

Isnin : Laa Haula Walaa Quwwata illaah billahil ‘aliyul ‘adzim ( Tiada daya dan kekuatan melainkan dengan kekuasaan Allah yang Maha Tinggi lagi Maha Agung), 1000 kali

Selasa : Allahumma solli ala ‘abdika warosuulika wanabiyyikal amiini wa ‘alaa alihi wasahbihi wassalam, 1000 kali

Rabu : Astaghfirulloohal ‘adziim (Aku memohon keampunan daripada Allah Tuhan Maha Esa), 1000 kali

Khamis : Subhannollohi adzim subhanollohi wabih hamdih ( Maha Suci Allah yang Maha Agung dan segala puji bagiNya), 1000 kali



2. Zikir Menggunakan Tasbih (Oleh KH. A. Mustofa Bisri)

-Apakah memang ada dalilnya orang berzikir menggunakan tasbih?
-Mana yang lebih afdal berzikir menggunakan tasbih ataukah menggunakan jari-jari tangan? Bagaimana pula dengan berzikir yang tidak menggunakan tasbih atau jari-jari tangan?
Tasbih yang dalam bahasa Arab disebut subhah atau misbahah, dalam bentuknya yang sekarang (untaian manik-manik), memang merupakan produk "baru". Sesuai namanya, tasbih digunakan untuk menghitung bacaan tasbih (Subhaanallah), tahlil (Laa ilaaha illallaah), dan sebagainya.

Pada zaman Rasulullah Saw. untuk menghitung bacaan dalam berdzikir digunakan jari-jari tangan , kerikil-kerikil, biji-biji kurma, atau tali-tali yang disimpul-simpul. Seperti diriwayatkan oleh Ibn Abi Syaibah, Abu Daud, at-Turmudzi, an-Nasai, shahabat Ibn Umar berkata:

"Pernah kulihat Nabi Saw. menghitung bacaan tasbih dengan tangan kanannya"

Rasulullah Saw. juga pernah menganjurkan para wanita untuk bertasbih dan bertahlil serta menghitungnya dengan jari-jari, sebagaimana hadis dikeluarkan oleh Ibn Syaibah, Abu Daud, at-Turmudzi, dan al-Hakim sebagai berikut:


"Wajib atas kalian untuk membaca tasbih, tahlil, dan tahdis. Dan ikatlah (hitunglah bacaan-bacaan itu) dengan jari-jemari, karena sesungguhnya jari-jari itu akan ditanya untuk diperiksa. Janganlah kalian lalai, (jikalau kalian lalai) pasti dilupakan dari rahmat (Allah)."

Shahabat Abu Hurairah r.a. bila bertasbih menggunakan tali yang disimpul-simpul konon sampai seribu simpul. Shahabat Sa'd bin Abi Waqqaash r.a. diriwayatkan kalau bertasbih menggunakan kerikil-kerikil atau biji-biji kurma. Demikian pula Shahabat Abu Dzarr dan beberapa shahabat lainnya.

Sedangkan tasbih dalam bentuknya yang sekarang hanyalah merupakan perkembangan alat-alat bantu tersebut.

Memang ada sementara ulama yang berpendapat bahwa menggunakan jari-jemari lebih utama daripada menggunakan tasbih. Pendapat ini didasarkan atas hadis Ibn Umar yang sudah disebutkan di atas.

Namun dari segi maknanya (untuk sarana menghitung), saya pikir kedua cara itu tidak berbeda. Dari sisi lain, selain untuk menghitung tasbih dan tahlil, sebenarnya tasbih mempunyai manfaat utamanya bagi kita yang sibuk di zaman sibuk ini. Dengan membawa tasbih, seperti kebiasaan orang-orang Timur Tengah (di sana tasbih merupakan asesori macam cincin dan kacamata saja), sebenarnya kita bisa selalu atau sewaktu-waktu diingatkan untuk berdzikir mengingat Allah.

Artinya, setiap kali kita diingatkan bahwa yang ada di tangan kita adalah alat untuk berdzikir, maka besar kemungkinan kita pun lalu berdzikir.

Wallaahu A'lam. Dan selamat berzikir.
(sumber http://www.pesantrenvirtual.com/fk/016.shtml)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar